Pendidikan
anak usia dini bukan sekedar mengetahui tingkat kemampuan atau tingkat
perkembangan anak pada setiap jenjang usia tertentu, seperti menangis jika
merasa terganggu, berteman, bercerita dan lainnya, tetapi juga harus mengetahui
proses perkembangan anak pada semua aspeknya untuk dapat dioptimalkan (UU NO.
20 TAHUN 2003). Usia dini (0 – 6) tahun adalah usia emas yang sangat
berpengaruh pada kepribadian anak selanjutnya karena perkembangan IQ, EQ, dan
SQ berkembang sampai 80%. Memperhatikan hal tersebut, pendidikan anak usia dini
merupakan suatu keharusan bagi terbinanya anak yang seutuhnya berbahagia dan
sejahtera lahir batin.
Polemik
mengenai boleh tidaknya mengharuskan anak-anak TK untuk bisa membaca dan
menulis, bukanlah alasan untuk tidak mengajari anak didik mempersiapkan anak
didik untuk bisa membaca dan menulis. Sampai saat ini, memang tidak ada aturan
yang melarang anak-anak untuk dapat membaca dalam usia lebih dini. Kenyataan di
sekolah dasar juga membuktikan bahwa guru di kelas satu juga mendapat tambahan
beban ketika anak asuhnya belum bisa membaca apalagi menulis. Oleh karena itu
program literasi atau baca-tulis menjadi penting diberikan sejak usia dini.
Penelitian juga membuktikan bahwa anak-anak usia prasekolah sudah dapat
menyusun pola kalimat sederhana dua tiga kata (Suroso, 1996:122-123).
Dari
realitas ini, sebenarnya sah-sah saja mengajarkan pelajaran baca tulis pada
anak-anak TK, asalkan anak sudah siap untuk menerima pelajaran tersebut atau
biasa disebut sebagai sudah muncul masa pekanya. Adanya kesiapan atau kepekaan
tersebut, biasanya muncul pada usia sekitar 4 - 6 tahun. Hal ini misalnya
ditandai dengan adanya ketertarikan anak pada kegiatan-kegiatan pra membaca dan
pra menulis diantaranya adalah senang bermain dengan huruf-huruf.
Yuliani (2009:186)
menyebutkan bermain mengenalkan huruf-huruf abjad dapat dilakukan sejak kecil,
anak belajar mengenali huruf-huruf dengan cara melihat dan menyentuhnya di
samping mendengarkan setiap huruf yang diucapkan oleh orang tua atau guru.
Seiring dengan pemahaman anak akan huruf dan penggunaannya, yaitu dengan
bermain kartu bergambar berikut kosa katanya. Jika anak paham dengan penggunaan
huruf pada kata, ajaklah is bermain tebak kata, misalnva menyebutkan benda yang
bermula dengan huruf "B”. Permainan ini selain mengajak anak mengenal
huruf, juga dapat menambah perbendaharaan kata-katanya.
Dengan
mengacu pada karakteristik umum anak TK, dimana aktivitas bermain menjadi
aktivitas dominan mereka, maka dalam memberikan pelajaran pengenalan huruf pada
anak TK hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak dan tidak
memaksa anak. Pendekatan informal dimana pelajaran disampaikan dalam koridor
bermain tampaknya menjadi sesuatu yang cocok untuk diterapkan pada pengajaran pengenalan
huruf bagi anak-anak TK.
Penggunaan
alat peraga yang menarik perhatian dan dekat dengan lingkungan anak akan
meningkatkan minat dan gairah anak untuk belajar khususnya baca tulis. Alat
peraga/alat bermain adalah kelengkapan penting dalam penyelenggaraan pendidikan
di TK. Alat peraga/alat bermain adalah semua benda dan alat yang bergerak
maupun yang tidak bergerak yang digunakan untuk menunjang kelancaran
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, bermain dan bekerja di sekolah, agar
dapat berlangsung dengan teratur, efektif dan efisien sehingga tujuan
pendidikan di TK dapat tercapai (Depdiknas, 2003).
Penggunaan
media kartu huruf dapat dijadikan salah satu media pembelajaran bagi anak TK
untuk memperoleh kemampuan pengenalan huruf. Kartu huruf adalah gambar huruf
yang dituangkan pada selembar karton berbentuk kartu yang cukup besar.
Kartu-kartu tersebut memuat huruf yang ditulis dengan huruf besar dan huruf
kecil.